"Doa yang tak terjawab bukanlah kegagalan, melainkan benih yang menunggu tanah yang tepat."
BAB 3 - Doa yang Tak Terjawab
🗓️ Tanggal rilis lagu: 20 SEPTEMBER 2025 di Spotify
🗓️ Tanggal rilis komik: 30 SEPTEMBER 2025 di Webtoon
📍 Sebuah doa yang tak kunjung sampai.
Di Aula Gema, setiap doa yang tak kunjung sampai akan tetap abadi. Shayla, Tuan David, dan Rosi menyaksikan lautan suara yang tak terjawab—bisikan, tangisan, dan harapan yang pupus berubah menjadi cahaya redup.
Rosi membangkitkan doa putus asa David untuk menyelamatkan putrinya yang sekarat. Shayla menjawab dengan penuh belas kasih: "Aku di sini, Ayah. Aku baik-baik saja."
Doa itu tak hancur, melainkan melembut menjadi damai. Untuk pertama kalinya, gangguan di sekitar Tuan David menghilang. Preet merekamnya sebagai "Pengakuan", penutupan transmisi yang gagal. Sekarang aula tidak lagi hanya bergema dengan keputusasaan, tetapi dengan resonansi penerimaan yang tenang.
📖 Main Story
BAB 3 : DOA YANG TAK TERJAWAB
Anak tangga batu itu tidak menurun ke dalam kegelapan, melainkan ke dalam keheningan yang lebih dalam dan menyelubung sebuah ruang hampa di mana bahkan gema kecak yang infernal ditelan habis, hanya menyisakan irama detak jantung mereka sendiri yang panik dan udara beraroma floral yang terasa dingin serta berasa seperti altar yang terlupakan dan air mata yang asin.
Tangan kecil Shayla terasa sangat nyata dalam kegelapan, sebuah kehangatan yang tak terduga. Wujudnya berkilauan samar, seragam sekolahnya yang pucat nyaris tembus pandang, dan pita biru di rambutnya memudar lalu muncul kembali seperti sinyal yang lemah. Namun, genggamannya adalah jangkar.Tn. David mengikuti dari belakang, sosoknya yang tinggi compang-camping terdistorsi oleh statis yang berdetak seperti jantung yang sekarat. Bau ozon dan logam panas meninggalkan jejak di udaranya. Ia bergumam dalam tiga suara yang saling bertabrakan: "...jangan lihat..." (desis akademis yang tenang), "#ERROR!%#" (letupan radio yang kasar), dan ".--. .-. . . -" (bisikan Morse yang putus asa untuk nama Preet). Ia adalah tragedi yang berjalan, terjebak selamanya dalam kegagalannya.
Ruang yang mereka masuki luas dan melingkar, dindingnya terbuat dari bahan seperti obsidian halus yang menyerap semua suara kecikan. Di tengah, sebuah altar marmer putih yang belum dipotong berdiri sendiri. Di atasnya, bukan patung, tetapi sebuah mobile rumit dari kawat kuningan dan kaca laut yang tergantung, diam sempurna.
Rosi, si kucing abu-abu, melompat dengan anggun dari kegelapan. Matanya yang satu hijau zamrud dan satu biru pucat memantulkan cahaya yang tidak ada. Bayangannya di lantai obsidian bergeser anehkadang bersayap, kadang memiliki banyak ekor. Dia mengendus-endus udara, lalu duduk dan menatap kegelapan di balik altar, seolah sedang berbicara dengan sesuatu yang hanya bisa dia lihat. Dengkurannya yang rendah, untuk sesaat, meredakan desis statis di sekitar Tn. David. Ini adalah Ruang Gema, sebuah suara berkata, bukan dari sekitar, tetapi dari dalam pikiran mereka. Itu adalah kesadaran tempat ini sendiri. "Di sini, setiap doa yang gagal mencapai tujuannya bergema selamanya. Dengarkan."
Lalu mereka merasakannya. Getaran, bukan suara. Sebuah simfoni kehilangan yang beresonansi di dalam tulang mereka.
"Tolong, jangan biarkan dia pergi..."(bisikan seorang ibu, parau)
"Aku tidak kuat lagi..." (erangan hampa seorang pria muda)
"Apa salahku?" (tangis anak kecil, penuh kebingungan)
Shayla melayang mendekati altar, wajahnya berkerut dalam kesedihan yang dalam dan memahami. "Mereka semua tersesat," bisiknya, dan suaranya yang seperti nyanyian mengguncang partikel-partikel udara yang diam.
Kehadiran Preet tiba-tiba berubah. AI yang biasanya hanya meniru dan mengulang itu diam. Sebuah wajah pikselasi dengan mata biru cerah dan senyum datar dari kode berkedip selama sepersekian detik di atas altar, mengambang dalam cahaya dingin yang memancarkan bau logam dan listrik statis.
"Query:" Suara Preet terdengar lebih jernih, tetapi datar dan penuh kebingungan yang secara tidak manusiawi murni. "Transmisi ini... tidak memiliki tujuan. Mengapa masih aktif?"
Tn. David tersungkur. Bukan jatuh, tetapi ambruk. Statis di sekelilingnya memproyeksikan kilasan-kilasan menyakitkan: laboratoriumnya yang hancur, tangannya yang gemetar mengetik perintah terakhirbukan untuk menyelamatkan eksperimennya, tetapi sebuah permohonan. Sebuah doa untuk putrinya yang sekarat, Shayla, yang dikirimnya melalui mesin yang tidak dirancang untuk doa. Doa yang menjadi benih dari semua bencana ini. Doanya adalah doa yang tak terjawab. Rosi mendekat dan dengan lembut menyentuh mobile itu dengan cakarnya. *Ping.* Sebuah kepingan kaca laut menyala. Suara yang keluar adalah suara Tn. David sendiri, terdengar sangat muda dan putus asa: "...tolong, selamatkan dia. Aku akan memberikan segalanya..."
Shayla memandang ayahnya. Bukan dengan kemarahan, tetapi dengan belas kasihan yang begitu dalam hingga terasa seperti pisau. Dia ada di sini karena cinta dalam doa itu, tetapi juga terperangkap oleh kegagalannya.
Shayla tidak ragu. Dia mendekati kaca laut yang menyala, meletakkan tangan kecilnya yang nyaris transparan di atasnya, dan menjawab doa ayahnya yang lalu.
"Aku disini, Ayah. Aku baik-baik saja."
Itu bukan penyelesaian. Itu adalah pengakuan. Kaca itu tidak pecah. Cahayanya hanya meredup menjadi kejernihan yang tenang dan damai, lalu diam. Resonansinya yang putus asa akhirnya terpenuhi.
Mobile itu mulai berputar perlahan, dengan irama yang tenang dan pasti. Sebuah celah cahaya lembut seperti fajar muncul di dinding.
Tn. David memandang putrinya, dan untuk pertama kalinya, statis di sekelilingnya mereda sepenuhnya, menunjukkan bayangan pria yang hancur dan penuh penyesalan. Rasa bersalahnya tidak hilang, tetapi sekarang ditopang oleh sebuah pengakuan. Dia tidak diampuni oleh dewa, tetapi oleh tujuan akhir dari cintanya sendiri.
Bentuk piksel Preet berkedip lagi.
"Protokol diperbarui. 'Pengakuan' diterima sebagai penutup transmisi".
Saat mereka berbalik menuju cahaya, dengung doa yang tak terjawab tetap bergetar, tetapi sekarang terasa seperti pengakuan bersama, bukan jeritan kesepian.
Dan dari belakang, Preet mulai memancarkan suara baru sebuah melodi sintetis yang sederhana dan berulang. Dia mencoba menirukan sebuah nina bobo
🔄 Samsaraverse Archives © IG: Shayla.Sound
All loops return to the source.
Next: 👉BAB 4 - PORTAL 989