“Setiap tindakan menuliskan sebuah garis pada buku besar jiwa.”
Sebuah ruang kosmik tempat setiap tindakan tercatat dalam Kitab Karma raksasa. Timbangan ilahi menimbang niat dan konsekuensi, sementara Pena Takdir menuliskan takdir jiwa-jiwa di seluruh alam semesta.
Sebuah istana kosmik dengan meja cahaya, kitab karma mengambang sebesar gunung, timbangan cahaya raksasa, pena yang menulis dirinya sendiri dengan tinta emas bercahaya, dan energi aurora hijau-biru yang mengalir di seluruh ruang.
📖 Main Story
BAB 12.5: KARMIC LEADGER
Portal hijau itu menelan mereka dalam sekejap. Tak ada suara. Tak ada angin. Hanya kehampaan yang gelap, luas, dan sunyi bagaikan perut kosmos. Lalu… angka-angka mulai berjatuhan dari langit. Bukan hujan. Bukan cahaya. Melainkan angka-angka karma, berjatuhan bagai salju digital:
+12 untuk welas asih
–45 untuk amarah
+3 untuk pengampunan
–99 untuk kecemburuan
Shayla menatap, tertegun. "Inikah... keseimbangan karma?" Rosi menyipitkan mata. "Bukan. Ini lebih tua dari itu. Di sinilah semua karma dihitung... dan diperdagangkan." Langkah kaki mereka bergema, bergema berulang-ulang bagai suara ribuan jiwa. Di tengah ruangan, sebuah meja obsidian panjang diukir dengan simbol-simbol kuno yang terus berubah bentuk. Tiba-tiba, sesosok muncul dari balik bayangan. Sosok jangkung terbungkus jubah merah tua. Wajahnya ditutupi topeng emas. Dan di tangan kirinya ada sebuah buku besar berwarna hijau bercahaya. Sosok itu membungkuk dengan lembut. "Selamat datang," katanya dengan suara dan nada yang tenang namun menusuk. "Saya... Pialang Karma." Pak David langsung merinding. "Jadi... kau sungguhan? Penjaga Buku Besar?"Pialang itu tertawa pelan. "Penjaga? Tidak. Saya hanya... mengoreksi ketidakseimbangan ketika penjaga lama gagal melakukan tugasnya." Ia membuka buku besar itu. Ribuan angka melompat keluar seperti roh. Preet menelan ludah digital. "Apa ini...?" Pialang itu menjawab tanpa menoleh "Ini adalah catatan semua makhluk. Setiap keputusan. Setiap bisikan hati. Setiap dosa dan setiap penebusan." Shayla menatap Rosi, gemetar. "Tapi bukankah ini berbahaya? Jika orang yang salah melihatnya?" Pialang itu segera menutup buku itu. "Itulah mengapa aku menahannya. Para malaikat terlalu lambat. Para penjaga terlalu kaku. Seseorang harus menjaga aliran karma... dengan cara apa pun." Nada suaranya tiba-tiba berubah dingin. "Dan seseorang telah mengacaukan pasar. Kalian." Rosi mendengus. "Kami hanya menyelamatkan jiwa." Si Broker mendekat, ternganga seperti kabut merah "Jiwa Oscar seharusnya... aset berharga. Dan kau menghancurkannya." Preet maju setengah langkah, cahaya Oscar berkobar di dadanya. "Kami tidak menghancurkan apa pun. Oscar memilih penebusan." Si Broker berhenti sejenak.Dia menatap Preet lebih dekat, cahaya keemasan bersinar dari dalam tubuhnya "...Ah. Energi telah memilih tuan baru. Bagus. Itu berarti waktumu hampir tiba, Preet. Tuan David menatapnya dengan curiga. "Datang untuk apa?" Si Broker tersenyum, topeng emasnya sedikit retak, memperlihatkan cahaya merah menyala dari belakang. "Untuk perang yang akan datang. Perang antara pengawal lama... dan para pengganggu keseimbangan."Sebelum ada yang sempat bertanya lagi, seluruh ruangan bergetar. Dari langit yang gelap, sebuah suara yang familiar menembus kegelapan: "Lepaskan dia, Broker." Semua orang berbalik. Sayap emas terbentang di kegelapan. Cahaya terpantul dari sosok-sosok itu. Raja Burung telah tiba.
- LANJUTKAN